Rabu, 25 Mei 2011

Seri Sehat #2 : Diet Tak Sekedar Angka

by Alzena Masykouri on Tuesday, 24 May 2011 at 06:41

Semenjak saya mengumumkan bahwa saya sedang berdiet, pertanyaan yang sering muncul adalah, "sudah turun berapa kilo?" atau "sekarang jadi berapa beratnya?". Ada lagi pertanyaan atau pernyataan yang begini, "kalau 40 hari bisa 9 kilo, berarti kalau saya mau turun sekian kilo, cukup sekian hari?" Sempat pula berkelebat dalam benak saya, "kalau target saya 30 kilo, berarti rata-rata 1,5 kg per minggu, dalam 20 minggu, kurang lebih 4-5 bulan target itu akan tercapai."

Mmm...

Ternyata, diet itu bukan hanya sekedar angka. Bukan pula perhitungan matematika yang akumulasi atau rata-rata. Angka itu hanya menjadi sebuah patokan belaka. Sama halnya dengan angka yang tertera pada timbangan. Itu hanya panduan.

Sejatinya, diet itu adalah pola untuk mengatur asupan (makanan/minuman) dan aktivitas fisik untuk suatu tujuan tertentu. Bisa karena kelebihan berat badan (seperti saya), menjaga kesehatan (seperti ayah saya), atau meningkatkan stamina (seperti Thifa, anak saya). Jadi diet bisa dilakukkan pada semua usia, untuk berbagai tujuan. Yang penting adalah diet dilakukan dengan nutrisi yang berimbang. Itu baru namanya diet sehat. Pernah tahu piramida makanan? Ya, ya,, sudah lama bukan lagi 4 sehat 5 sempurna. Tapi, jadi seperti ini.

Piramida Makanan
Bahwa semua jenis gizi diperlukan oleh tubuh kita, tapi porsinya disesuaikan. Bukan berarti karbohidrat lebih banyak, lemak juga lebih banyak (mm, dulu saya gak peduli ini). Dan, satu unsur lagi yang juga diperlukan oleh tubuh kita adalah aktivitas fisik (ini juga yang dulu saya abaikan).

Atas dasar pengetahuan saya yang terbatas dan pengalaman diet ini itu, saya jadi lebih hati-hati dalam memilih diet. Bukan lagi diet yang menghilangkan satu asupan dengan harapan bisa mengurangi kalori, atau diet asal-asalan dengan berbagai pantangan yang akhirnya membuat saya bosan dan berhenti karena dilarang-dilarang. Ya, semakin tambah umur, saya paham diri saya bahwa saya tidak suka diperintah dan disuruh-suruh. Saya adalah penggerak bagi diri saya sendiri. Okeh, lepaskan sisi saya sebagai psikolog bagi diri saya sendiri. Hehehe.. Kita kembali ke diet.

Ketika memutuskan untuk diet, saya riset. Ya, ya,, padahal tinggal pakai aja produknya dan rasakan hasilnya. Mestinya begitu, tapi saya harus tahu apa yang akan saya lakukan. Saya baca lagi tentang makanan, tentang kalori, tentang asupan nutrisi yang diperlukan oleh tubuh, tentang olahraga, tentang denyut nadi latihan, tentang kesehatan, tentang macam-macam diet. Banyak. Senang aja baca, jadi tambah pengetahuan. Dan semakin yakin bahwa diet yang saya lakukan adalah untuk mengubah pola hidup saya. Bukan semata untuk mengurangi berat badan saya. Mahal. Ya, mahal. Ternyata, pola hidup selama 35 tahun ini berharga sebagai pengalaman. Tapi, tujuan saya adalah sehat. Saya ingin saya masih sehat untuk bisa mengawasi pertumbuhan dan perkembangan Thifa putri saya. Saya ingin masih punya kesempatan untuk melakukan banyak hal bagi anak-anak Indonesia. Saya ingin masih sehat ketika mengajak cucu saya bermain. Untuk itu saya harus berubah. Mengubah pola hidup saya.. Saya harus menjaga tubuh saya sendiri. Memberikan yang terbaik baginya. Saya harus memperhatikan apa saja yang sudah saya makan dan minum dan memastikan bahwa semua yang masuk ke dalam tubuh saya sudah sesuai porsinya, tidak kurang, tidak lebih. Saya harus memberikan kesempatan tubuh saya untuk bergerak. Dan, saya harus memberikan kesempatan bagi tubuh saya untuk berproses.

Makanya saya tidak khawatir ketika timbangan saya tidak mengurangi angkanya. Karena diet saya bukan sekedar menurunkan angka timbangan. Saya sedang berproses menuju sehat. Saya sedang membentuk pola hidup saya yang lebih baik. Saya akan mengingat-ingat pesan dokter ayah saya yang ia sampaikan kemarin ketika kontrol. Tampaknya ada pepatah Cina yang bunyinya begini, "Tutup Mulut (kurangi/batasi makanan-minuman), Angkat Kaki (bergeraklah/olahraga)."

Jadi, mari perhatikan apa yang kita makan. Dan, mari bergerak. Semangaaat!!

Foto bagian bawah diambil tgl 23 Mei 2011 dengan penurunan berat badan tetap 9 kg sejak 2 April 2011.

---diposting pertama kali di facebooknya Mbak Alzena Masykouri----

Sabtu, 21 Mei 2011

Real People, Real Experiences, Real Results...

Kemarin dapet kabar, Laudya Cintya Bella (yap artis ituh) ternyata juga menggunakan paket Turbo Herbalife untuk menjaga stamina. Lalu dapet foto Ade Rai dan Ustadz Yusuf Mansyur yang juga menjaga stamina tubuh dengan Herbalife. Terakhir ini, sedang santer kabar Presiden SBY yang gosipnya juga mempercayakan Herbalife untuk dietnya.

Sejujurnya nggak terlalu berpengaruh sih. Presiden sih presiden.. Atau artis ya artis...tapi kan juga nggak pernah ngobrol. Jadi, tidak merasa terlalu dekat. Cuma bilang, "Oooo..sama, artinya sekeren Bella ntar nantinya" Hiahahahha..Ato malah jadi seperti Ade Rai..aaaaaaa..*tepok jidat.

Buat Ina pribadi...contoh dan penyemangat paling mutakhir itu adalah pengguna Herbalife yang betul-betul ada di sekitar Ina. Contohnya : Mas Ipung yang terlihat lebih langsing dan awet muda. Mbak Ratih yang wajahnya segerrrrrrrr banget. Lalu ada Mbak Alzena, yang disiplin banget ngejalanin program, hebat. Trus Mbak Betty yang walopun jaauh di Aceh, disiplin dan memetik hasil walo nggak didampingi dari dekat. Kemudian ada Ria yang teratasi problem Sembelit dan Haid tidak teraturnya. Mbak Dessy yang penuh semangat. Mbak Reny Destri yang perhatian sekali kepada ibunya. Aaaaa..betapa Ina dikelilingi orang hebat yang semangatnya selalu menular. Melalui blog ini, mereka terinspirasi oleh perjuangan Ina. Tapi selanjutnya Ina juga termotivasi dengan semangat mereka.

Ina juga seneng ikutan pertemuan Herbalife. Selain untuk nambah ilmu, juga untuk bertemu orang-orang hebat lain yang mau mengubah pola makan dan pola pikir aga bisa lebih sehat. Kereeen...

Di pertemuan terakhir, Ina bertemu dan berfoto dengan Pak Oteh. Beliau adalah inspirasi untuk banyak orang. Saat memulai program diet, berat badan Pak Oteh 108 kg. Saat bercerita di depan, Pak Oteh bilang hari-harinya yang lalu dipenuhi kepasrahan. Pak Oteh dulu berjualan Ayam Goreng di pinggir jalan. Sudah pernah terkena stroke membuat dia berpikir bahwa yang dekat dengannya saat ini hanya kematian. Tidak ada semangat hidup, tinggal menunggu waktu. Tapi ternyata cerita tidak berlanjut demikian. Seseorang memperkenalkan Pak Oteh dengan Herbalife. Dan dalam jangka waktu 5 bulan, Pak Oteh bisa menurunkan berat badannya sebanyak 38 kilo. Aaaaarghhh..Amazing.


source : BBG 2YPressteam



Saat ini Pak Oteh tidak hanya lebih bersemangat menjalani hidupnya, tapi juga menularkan semangat itu ke smua orang. Yap, termasuk Ina.

Kesempatan bertemu dengan orang 'beneran' dengan pengalaman dan hasilnya ini yang juga membuat Ina semakin yakin, Herbalife itu beneran. Orang yang dulunya besoaaaaar dan melangsing itu beneran ada, bukan tipu-tipu Photoshop..hehehehe. Yang kurus kemudian mau jadi tambah berisi juga ada. Yang ingin tetep menjaga stamina apalagi..Buanyaaaaak. Mo tau caranya? Sini-sini inbox Ina di ina3108@gmail.com yak, ntar Ina bisikin caranya...ehhehehhee...

Rabu, 11 Mei 2011

D-E-S-T-I-N-Y #3

DESTINY (Merriam Webster Dictionary)

1: something to which a person or thing is destined : fortune destiny>

2 : a predetermined course of events often held to be an irresistible power or agency

DESTINY(Merriam Webster Elementary Dictionary)

1: something to which a person or thing is destined : FORTUNE

2: the course of events held to be arranged by a superhuman power

Destiny.

Ya kata ini sedang hits dalam kehidupan saya.

Berawal dari seorang sahabat yang seringkali mengucapkan kata ini dalam, mmm, coba saya ingat, mungkin dua bulan terakhir ini. Dan, saya ketularan. Ketularan untuk mengatakannya, sekaligus memperhatikan Destiny apa yang terjadi pada saya.

Sebelumnya, apa ya padanan kata Destiny ini dalam bahasa Indonesia? Kebetulan? Keberuntungan? Ketidaksengajaan? Baiklah, kita akan menyebutnya sebagai Destiny.

Destiny berikutnya adalah ketika akhirnya saya memutuskan untuk melihat angka di timbangan. Percaya, itu tidak mudah buat saya. Naik ke atas timbangan, kemudian galau karena melihat angkanya yang pasti, mm, tidak sesuai harapan. Biasanya, saya tidak mudah menyelipkan jadwal. Kok ya, ndilalah, ya, destiny, saya berhasil bertemu dengan teman yang punya timbangan ajaib, istilah dari sahabat saya. Dan, terjadilah. Angka di timbangan itu menunjukkan angka yang, mmm, begitulah.

Begini, saya jelaskan. Kalau saya mengalami suatu kejadian istimewa, maka saya akan kena 'demam'. Artinya, saya akan berpikir tentang kejadian itu kemudian gelisah, kemudian mikir lagi, dan seterusnya. Dan itu yang terjadi ketika saya selesai naik ke timbangan ajaib. Bagaimana bisa, saya yang rutin berolahraga (setahun belakangan ini), doyan sayur segala macam, doyan minum air putih, tidak punya keluhan kesehatan ini dan itu secara khusus, kok angka timbangannya segitu?

Jawabnya, ya iya, kalau pola makan dan gaya hidup saya seperti ini. Saya makan apa pun yang saya mau, baik di jam makan ataupun ketika saya 'merasa' lapar. Saya adalah emotional eater. Suasana emosi yang naik ataupun turun, dampaknya adalah pada makanan yang saya lahap. Ibarat kata, Lapar Mata. Saya punya prinsip, makanan tidak boleh disia-siakan. Maka saya akan menghabiskan apa pun yang terhidang di depan saya. Ups, mengerikan. Karena organ tubuh saya hanya satu dan selama ini dipaksa untuk bekerja keras. Keseharian saya banyak bekerja dengan diam. Mengetik, praktek, menyetir mobil, semua banyak dilakukan dengan diam. Pantas kalau angka timbangan membuat 'demam' kan. Saya tidak bisa memperkirakan bagaimana kondisi tubuh dan kesehatan saya di masa yang akan datang. Tapi saya tahu bahwa saya harus melakukan sesuatu. Saat ini juga.

Saya perlu pertolongan.

Saya harus mengubah gaya hidup.

Saya harus mengubah pola makan saya agar lebih sehat.

Dan sejak saat itu, saya mengubah kebiasaan-kebiasaan saya.

Saya ikuti pola makan yang saya jadikan sumber bacaan untuk bahan seminar. Bahwa saya harus membuat daftar apa saja yang saya masukkan ke dalam mulut saya. Saya harus mendengarkan apa yang disampaikan oleh tubuh saya. Bahwa makan adalah proses belajar, belajar mengendalikan diri. Saya mencoba menjaga pola makan saya seperti sahabat saya yang sedang berdiet. Oh ya, saya lupa, sahabat saya berhasil konsisten mengikuti aturan main dietnya. Artinya, saya juga bisa. Saya menjaga asupan karbohidrat dan mengimbanginya dengan menambah gerak. Saya berusaha memahami ritme kerja tubuh saya. Saya memperbanyak makan buah, yang sebelumnya tidak saya lakukan. Ternyata saya bisa.Cobaan pertama adalah ketika saya harus bertemu kolega di suatu tempat makan, dan saya berhasil untuk tidak mengudap apa pun. Padahal di hadapan saya terhidang cheesy puff yang hangat dan aromanya sungguh menggugah selera. Saya bisa mengendalikan pikiran saya untuk tetap konsisten pada jam makan saya. Saya yakin, saya bisa. Dan, saya bisa.

Awal April, saya mulai berdiet. Tidak semua orang saya kabari bahwa saya berdiet. Ternyata tidak sesulit yang saya bayangkan. Saya tidak kelaparan. Saya tetap bisa beraktivitas tanpa lemas. Saya bisa makan buah. Saya bisa makan yang saya inginkan. Saya bisa mengendalikan makanan apa yang benar-benar perlu saya makan, bukan hanya ingin. Mencicipi tapi bukan melahap. It's a mind game, itu yang saya sampaikan pada sahabat saya.

Hasilnya?

40 hari saya berdiet, berat saya berkurang 9 kg.


Tenang.

Masih ada puluhan kilo yang harus saya kurangi dari tubuh saya agar saya mencapai berat ideal. Ini seperti lari marathon. Saya harus mengatur nafas dan strategi agar saya berhasil sampai tujuan. Setelah itu saya harus menjaga agar jangan sampai saya jatuh pingsan ketika sampai tujuan. Saya harus mempertahankannya. Yang diubah bukan bentuk tubuh saya, melainkan gaya hidup. Kebiasaan. Pola. Tidak ada yang semula jadi.

Saya ingin sehat.

- akhir dari destiny versi 1.00 -

Alzena Masykouri

D-E-S-T-I-N-Y #2

DESTINY (Merriam Webster Dictionary)

1: something to which a person or thing is destined : fortune destiny>

2 : a predetermined course of events often held to be an irresistible power or agency

DESTINY(Merriam Webster Elementary Dictionary)

1: something to which a person or thing is destined : FORTUNE

2: the course of events held to be arranged by a superhuman power

Destiny.

Ya kata ini sedang hits dalam kehidupan saya.

Berawal dari seorang sahabat yang seringkali mengucapkan kata ini dalam, mmm, coba saya ingat, mungkin dua bulan terakhir ini. Dan, saya ketularan. Ketularan untuk mengatakannya, sekaligus memperhatikan Destiny apa yang terjadi pada saya.

Sebelumnya, apa ya padanan kata Destiny ini dalam bahasa Indonesia? Kebetulan? Keberuntungan? Ketidaksengajaan? Baiklah, kita akan menyebutnya sebagai Destiny.

Ketika saya di Beijing, ternyata sahabat saya, si destiny, mulai berdiet. Ini baru saya ketahui ketika saya kembali di Jakarta. Dia menggunakan suatu produk yang saya sudah pernah pakai ketika masih kuliah. Saat itu, saya meragukannya. Yakin gitu diet? Bukan tanpa sebab, karena ketika diet mayo, kami melakukannya bersamaan. Hasilnya? Sama-sama batal. Kali ini dia menggunakan produk yang saya pernah pakai, dan gagal. Jelas gagal, karena saya menggunakan produk itu ketika saya kuliah di luar kota, tanpa pengawasan siapa pun, dan, ini yang penting, tanpa niat yang kuat. Saya mengutarakan keraguan saya padanya. Saya juga bercerita pada sahabat yang berperan sebagai personal trainer jarak jauh saya. Ya, saya menganggapnya sebagai personal trainer karena saya banyak mendapatkan informasi dan semangat dari dirinya yang memang rutin berolahraga. Saya sampaikan kebimbangan saya. Antara ingin turun berat badan, tapi ada kekhawatiran gagal. Mengingat catatan diet saya yang panjang, wajar kalau saya khawatir. Belum lagi jumlah rupiah yang harus saya keluarkan. Sahabat saya yang berdiet hanya mengatakan, "liat aku dulu deh,, kalau aku bisa konsisten, pasti dirimu juga bisa." Baiklah, mari kita lihat.

Selama masa menanti, ternyata destiny itu banyak hadir. Kejadian-kejadian yang menguatkan niat. Membulatkan tekad bahwa saya harus sehat. Bahwa saya harus mengurangi berat badan saya. Pertama adalah adanya undangan untuk menjadi pembicara di suatu acara yang diadakan dalam rangka ulangtahun sebuah milis. Temanya tentang makan pada anak. Destiny. Tentu, makan berkaitan dengan berat badan dong. Untuk menyiapkan bahan, saya membaca banyak literatur yang akhirnya menguatkan bahwa saya memiliki pola makan yang salah. Dan, sayangnya, itu sudah terjadi hampir 35 tahun lamanya. Hiks. Kedua, adalah acara keluarga, dimana saya sadar bahwa saya tidak sendirian bertubuh besar, dan belum tentu saya sehat meskipun tidak ada keluhan selama ini. Sekitar 17 tahun yang lalu, ayah saya pernah sakit dimana hatinya ditutupi oleh lemak. Tanpa gejala awal. Akhirnya beliau menjaga asupan makan. Berhasil. Alhamdulillah saat ini kondisi beliau sehat, tetapi tidak dengan kaki. Lutut ayah saya dioperasi sektiar 4 tahun lalu. Belakangan timbul keluhan-keluhan seputar lutut dan kaki. Hm, pertanda. Bagaimana saya yang besar ini? Apa yang akan terjadi 17 tahun lagi? Saya hanya punya satu badan. Dan, tidak ada yang menjual suku cadangnya.

Satu lagi. Pakaian. Mmm, bukan pakaiannya yang jadi masalah. Tetapi apa yang ada di balik pakaian itu. Ya, bukan sekali dua kali saya ditanya, "sedang 'isi' alias 'hamil' ya?" Duh, harga diri sebagai wanita yang 'tersentil' ketika pertanyaan itu muncul. Dulu, asumsi saya adalah, "okay, dia bertanya begitu karena saya adalah wanita usia produktif yang baru mempunyai anak satu dan si anak pertama ini sudah berusia lebih dari lima tahun" dan berarti amatlah sangat wajar bila saya hamil. Sekarang, bagaimana kalau ada orang yang tidak tahu informasi kedua dan ketiga? Itu terjadi ketika saya hendak kembali dari Pangkal Pinang ke Jakarta. Petugas airlinesnya bertanya kepada saya di tengah antrian yang panjang, "Ibu sedang hamil?" Dan, semua mata tertuju pada saya. Yap. Bagus. Kabarkan saja pada seluruh dunia bahwa saya terlihat buncit. Pakaian juga yang membuat hati saya meluncur ke dasar ketika di outlet yang menjual baju berukuran ekstra, ternyata saya harus mengenakan pakaian berukuran 5L untuk menutupi semua yang ada di balik pakaian itu. Hiks, saya merasa harusnya 3L lah.

Pertimbangan itulah yang membuat saya makin membulatkan tekad agar lebih sehat. Cara yang pertama adalah dengan mengubah gaya hidup dan mengurangi berat badan.

Berhasil?

- bersambung -

D-E-S-T-I-N-Y #1.

DESTINY (Merriam Webster Dictionary)

1: something to which a person or thing is destined : fortune destiny>

2 : a predetermined course of events often held to be an irresistible power or agency

DESTINY(Merriam Webster Elementary Dictionary)

1: something to which a person or thing is destined : FORTUNE

2: the course of events held to be arranged by a superhuman power

Destiny.

Ya kata ini sedang hits dalam kehidupan saya.

Berawal dari seorang sahabat yang seringkali mengucapkan kata ini dalam, mmm, coba saya ingat, mungkin dua bulan terakhir ini. Dan, saya ketularan. Ketularan untuk mengatakannya, sekaligus memperhatikan Destiny apa yang terjadi pada saya.

Sebelumnya, apa ya padanan kata Destiny ini dalam bahasa Indonesia? Kebetulan? Keberuntungan? Ketidaksengajaan? Baiklah, kita akan menyebutnya sebagai Destiny.

Dua bulan ini saya sedang berdiet.

Yup. Diet.

Semua yang pernah bertemu langsung dengan saya, pasti ingat betapa besarnya saya. Saya gak bilang gendut, karena saya tidak pernah merasa gendut atau gemuk. Tapi, Besar. Dan, itu sudah terjadi sejak saya kecil. Coba tanya serombongan sepupu saya yang kenal saya sejak lahir, mereka ada di FB ini kok :). Mereka pasti bilang bahwa sejak kecil saya itu besar, gemuk atau gendut, yang dua kata terakhir saya tidak pernah rasakan. Postur tubuh saya memang besar alias bongsor sejak kecil. Kalo dulu jaman sekolah baris yang paling besar di belakang, nah itu tempat saya. Seingat saya, kelas 4 SD itu berat saya sudah kepala 4. Dan, SMA itu sudah kepala 6. Jadi memang besar. Tapi jangan bayangkan besar yang klemar-klemer ya. Itu bukan saya. Saya gesit. Hehehe. Beneran ini gak bohong. Badan saya bukan besar yang bergelambir, tetapi besar yang padat. Di keluarga saya, besar itu rata-rata. Sehingga saya merasa nyaman saja dengan tubuh besar saya ini. Saya juga bukan penggila trend berpakaian dan sangat merasa nyaman dengan model berpakaian saya. Baju yang tidak ngepas di badan. Akibatnya, baju makin besar menyesuaikan dengan badan saya yang juga semakin besar.

Lah kok mendadak diet?

Gak mendadak. Sebenarnya, saya paham bahwa kelebihan berat badan atau obesitas itu adalah pangkal dari penyakit-penyakit. Se-gesit-gesit-nya saya, pasti stamina saya juga akan lemah pada suatu hari. Entah kapan, bisa jadi timbul penyakit yang tidak saya inginkan. Makanya, sejak Thifa tidak lagi menggunakan ASI, saya mulai berusaha menurunkan berat badan. Tujuan utamanya adalah satu. Sehat. Saya pernah akupuntur. Saya mengatur pola makan saya dengan pola food combining, pernah juga diet golongan darah. Saya pernah mencoba diet mayo dengan harapan bisa turun 8 kg dalam 13 hari. Saya mencoba produk-produk pelangsing. Sudah. Semua sudah. Hasilnya? mmm, saya tetap tidak berani menimbang badan karena khawatir jarum timbangan akan berputar-putar dan melompat keluar seperti di film kartun. Yang jelas, ukuran baju saya semakin bertambah besar.

Awal tahun lalu, sepulang saya dari tugas ke Padang dan Pariaman, saya mulai berolahraga. Ya, selama ini saya menganggap bersenam bersama anak-anak saya adalah olahraga. Bernyanyi-nyanyi dan bergerak bersama mereka juga olahraga. Jalan-jalan di mall sekian jam juga adalah olahraga. Ternyata itu saja tidak cukup. Bergerak, ya, tapi bukan olahraga. Februari 2010, saya mulai rutin berenang. Sebelumnya, saya berenang tidak secara rutin. On-off. Kalau inget ya berenang, kalau males ya bisa berbulan-bulan liburnya. Kali ini saya rutin berenang, minimal satu minggu sekali selama 1 jam. Awalnya hanya sekitar 100 meter, lama-lama saya mampu berenang 500 meter selama 40 menit. Jika ada kesempatan saya berenang sampai 3x seminggu. Tapi yang rutin ya sekali seminggu. Hasilnya? Ada. Badan lebih fit, lebih padat. Turun berat? Tidak signifikan.

Awal tahun ini, saya mengunjungi adik saya di Beijing. Musim dingin. Suhu berkisar antara -10 sampai -14 selama dua pekan saya berada di sana. Saya berkeliling Beijing kebanyakan menggunakan transportasi umum, bis dan subway. Jarak antara tempat pemberhentian (stasiun atau halte) ke lokasi tujuan tidak pernah dekat. Sekitar 1 km. Belum termasuk menyusuri lokasi tujuan, yang semua dilakukan dengan berjalan. Bayangkan forbidden city yang guedhe banget itu saya jelajahi dari depan sampai ke belakang. Keliling Beijing Zoo dengan jalan kaki. Menyusuri Wangfujing Street yang seperti Passr Baroe dari ujung ke ujung. Alhamdulillah saya kuat. Mungkin, karena tidak pakai keringetan. Alhasil, setelah liburan, saya tidak perlu beli celana atau jahit baju baru. Kondisi ini membuat saya berpikir. Jadi beneran ya, asupan dengan energi yang dikeluarkan atau kalori yang dibakar itu minimal berimbang.

Kembali ke Jakarta, saya bingung. Bukan apa-apa. Saya senang dengan kondisi 'terpaksa' jalan kaki itu. Saya tidak masalah dengan jalan kaki. Yang saya tidak bisa adalah lari karena ada cedera di lutut kiri. Diajak jalan kaki sejauh apa pun saya tidak mengeluh, asyik aja. Nah, melihat kondisi nyata di Jakarta, tidak mungkin saya jalan kaki. Kenapa? Karena tidak aman berjalan kaki di Jakarta. Tidak ada trotoar yang aman, apalagi nyaman. Lalu, cuaca. Jalan kaki sama dengan berkeringat. Kalau saya jalan kaki ke tempat praktek misalnya, yang jaraknya sekitar 3 km, maka saya harus mandi dan berganti pakaian. Hmm, repot. Akhirnya, pilihannya kembali ke berenang. Saya membulatkan tekad untuk rutin berenang minimal seminggu sekali dengan satu jam berenang hanya diselingi istirahat minum.

Cukup? Belum.

- bersambung -

Minggu, 08 Mei 2011

Sekarang dan Setahun Lalu...

Bulan Mei pasti ada yang seru di Bestari, sekolahannya Aliif. Saatnya Bestari jalan-jalan. Hihihihi. Seperti 2 tahun sebelumnya, sekeluarga minus Acu yang berangkat. 2 tahun lalu ke Pasir Mukti, 1 tahun lalu ke Little Farmer, Cimahi. Tujuan kali ini adalah Taman Bunga Cipanas. Tempatnya kereeeeeeeeen. Panas terik tapi semilir angin bikin adem. Banyak bunga...hehehe, namanya juga taman bunga yak.

Hubungan jalan-jalan sama diet...Mmmm..ceritanya Ina lagi liat-liat foto tahun lalu dengan foto tahun ini. Hehehehe.

Ini bukan tukang sayur ya...Ini Ina..ribet bawain daun wortel buat ngasih makan kelinci.



Ini Ina tampak samping...



Ini Ina tampak samping lagi...Abaikan tas sandang, tas Aliif...Badan Ina tebel banget...huwaaaa...



Ini foto-foto dari jalan-jalan kemarin ke Cipanas...

Posenya sedikit aneh karna mau tos sama Aliif. Hehehe. Oyaaaa lupaaa..taun ini yang ikut jalan-jalan dapet jatah seragam. Dan tau tidak..ukuran baju Ina sama ukuran baju Emmas sama. Ukuran L. Hehehehehehe... Senangggg...



Paling kiri itu Ina..Lumayan kan, hehehe. Yang Ina perhatikan mengurusnya kisut bagian samping dulu. Kalo dilihat dari samping masih keliatan tebel. Hmmm...Nahan napasnya masih kurang lama..Huahahahaha..



Semangat smangat..kalo bulan ini turun 2 kiloan lagi, artinya mencapai penurunan berat 10 kg dalam 4 bulan..Lumayaannn...






Kamis, 05 Mei 2011

Tiba Saat Menuai... ^_^

Sebelum memutuskan diet, Ina mikirnya lamaaaaaaaaaaaa. Maju mundur, mundur maju, muter-muter berharap wangsit. Wangsit ga dateng, baju malah makin sempit.

Yang bikin lama adalah memikirkan satu hal, "kalo ntar diet ngejaga makan, artinya ga bisa ngemil sepuasnya seperti biasa". Setuju kan smua?

Gimana nggak mikir muter-muter, sementara di rumah bisa dibilang selalu ada cake coklat. Sesepi-sepinya orderan, minimal ada kukis coklat di toples. Blom lagi sekarang makin mudah aja tuh kalo mo makan enak. Males masak ada PHD, 30 menit udah ada pizza di rumah, sama mozarella stick, trus sama mango shake. Wah wah... Pengen rerotian, tinggal minta anter ke Cinere Mall yang deket sama rumah. Udah ketemu Bread Talk. Di seberang Bread Talk ada JCo. Wah...JCool pasti mantep kan tuh.

Gimanaaaa caranya memulai kalo godaan di sekeliling.

Percayalah...kalo sudah emang beneran klik, itu udah urusan otak yang ngatur deh. .^_^
Kalo sudah niat yang kukuh dan bulet, ntar pola pikir terbentuk sendiri.

Kalau terlalu banyak kekhawatiran, ntar malah nggak mulai-mulai. Padahal mulai aja belum. Hehe.

Ini ada seorang sahabat Ina, yang Alhamdulillah berhasil melewati smua kekhawatirannya di awal, trus menguatkan niat dan akhirnya berhasil memetik bonus. Mbak Betty Firdaus memulai diet dengan program Quickstart Herbalife. Tinggalnya di Aceh, jadi paketnya dikirim via JNE. Saat mengirim paket, Ina iringi do'a, smoga walopun tidak tinggal berdekatan, paket Shake dan Fiber bisa diterima dengan baik, lalu saat diterima, Mbak Betty juga bisa konsisten menggunakan produknya.

Setelah paket diterima, Mbak Betty laporan. Ina balas dengan cara penggunaan. 17 April, Ina kehilangan kabar darinya. Hahahaha. Sms Ina tak berbalas. Ina mulai degdegan. Hehehe. Tanggal 18, pesan Ina di inbox FB akhirnya ada jawaban, rupanya Handphonenya sedang rusak.

Berikut petikan kabar dari Mbak Betty saat Ina tanya gimana kondisinya :

Teteuuupppp...teguh, goyang sedikit lhaa...hahahaaaa.....tapi maem distop tepat jam 6 sore, nge shake jam 7 pagi dan 7 malam mulai maem jam 12 ... diusahakaaannnn nyemillll dikittttttttttt aja, belum bisa ninggalinnnn nih, ngemil buahhh kok ya makin lapar hahaa.a.... Mba Ina, diperutku bukan cacing tapi naga, jadiii....rada susah naklukinnya....tekat udah kuat tapi gemetaran hihihiiiiii.... Hari pertama berkunang kunang....malam nya ga bisa konsentrasi ndekor kueh...akhirnya ngemil permen cha cha wkwkwk....baru ide keluar.....abis sebungkus kecil....haduuuh....susah benerrrr disiplinnn tapi harus bisaaaa....biar aku bisa pakai jeans kesayangan lagiii hiks.

Hehehehe..seru ya... Tidak sampai disini perjuangannya. Karna Mbak Betty kemudian harus menaklukkan masa-masa detoksifikasi. Masa ini berbeda di setiap orang. Ina ngalamin sakit tumit trus menjadi terlalu riang (wahahaha). Emmas ngalamin kening kenceng, perut kembung. Kalo Mbak Betty harus merasakan dahaga luar biasa, tetep haus walo udah minum banyak, bibir pecah-pecah dan didera ngantuk. Duh duh...pengen meluk tapi jauh. Jadi bisanya menyabarkan lewat sms.

Alhamdulillah, akhirnya masa itu terlewati. Suatu hari, Mbak Betty menyapa Ina lewat status di fesbuknya, mengabarkan sudah turun 3 kilo. Padahal belum sebulan. Whoaaaaaaa...hati Ina langsung loncat-loncat, jingkrak jingkrak. Alhamdulillaaaaaaaaaaaaaaah.

Bonus kesabaran dan perjuanganmu teraih sudah ya Mbak Betty. Hehehehehe. Barusan via BBM, Mbak Betty ngabarin, sudah upload foto terbaru di FB. Seneng banget saat Mbak Betty bilang, seneng karna wajahnya ga mirip martabak bulan lagi. Hiahahahaha. Congrats congraaaaatsss...




Bangga sekali padamu. Slamat menikmati sehat, badan makin seger, tubuh lebih langsing, wajah lebih muda ya..Hiahahahaha..Ina segera akan menyusulmu...Yihaaaa....