Semenjak saya mengumumkan bahwa saya sedang berdiet, pertanyaan yang sering muncul adalah, "sudah turun berapa kilo?" atau "sekarang jadi berapa beratnya?". Ada lagi pertanyaan atau pernyataan yang begini, "kalau 40 hari bisa 9 kilo, berarti kalau saya mau turun sekian kilo, cukup sekian hari?" Sempat pula berkelebat dalam benak saya, "kalau target saya 30 kilo, berarti rata-rata 1,5 kg per minggu, dalam 20 minggu, kurang lebih 4-5 bulan target itu akan tercapai."
Mmm...
Ternyata, diet itu bukan hanya sekedar angka. Bukan pula perhitungan matematika yang akumulasi atau rata-rata. Angka itu hanya menjadi sebuah patokan belaka. Sama halnya dengan angka yang tertera pada timbangan. Itu hanya panduan.
Sejatinya, diet itu adalah pola untuk mengatur asupan (makanan/minuman) dan aktivitas fisik untuk suatu tujuan tertentu. Bisa karena kelebihan berat badan (seperti saya), menjaga kesehatan (seperti ayah saya), atau meningkatkan stamina (seperti Thifa, anak saya). Jadi diet bisa dilakukkan pada semua usia, untuk berbagai tujuan. Yang penting adalah diet dilakukan dengan nutrisi yang berimbang. Itu baru namanya diet sehat. Pernah tahu piramida makanan? Ya, ya,, sudah lama bukan lagi 4 sehat 5 sempurna. Tapi, jadi seperti ini.
Atas dasar pengetahuan saya yang terbatas dan pengalaman diet ini itu, saya jadi lebih hati-hati dalam memilih diet. Bukan lagi diet yang menghilangkan satu asupan dengan harapan bisa mengurangi kalori, atau diet asal-asalan dengan berbagai pantangan yang akhirnya membuat saya bosan dan berhenti karena dilarang-dilarang. Ya, semakin tambah umur, saya paham diri saya bahwa saya tidak suka diperintah dan disuruh-suruh. Saya adalah penggerak bagi diri saya sendiri. Okeh, lepaskan sisi saya sebagai psikolog bagi diri saya sendiri. Hehehe.. Kita kembali ke diet.
Ketika memutuskan untuk diet, saya riset. Ya, ya,, padahal tinggal pakai aja produknya dan rasakan hasilnya. Mestinya begitu, tapi saya harus tahu apa yang akan saya lakukan. Saya baca lagi tentang makanan, tentang kalori, tentang asupan nutrisi yang diperlukan oleh tubuh, tentang olahraga, tentang denyut nadi latihan, tentang kesehatan, tentang macam-macam diet. Banyak. Senang aja baca, jadi tambah pengetahuan. Dan semakin yakin bahwa diet yang saya lakukan adalah untuk mengubah pola hidup saya. Bukan semata untuk mengurangi berat badan saya. Mahal. Ya, mahal. Ternyata, pola hidup selama 35 tahun ini berharga sebagai pengalaman. Tapi, tujuan saya adalah sehat. Saya ingin saya masih sehat untuk bisa mengawasi pertumbuhan dan perkembangan Thifa putri saya. Saya ingin masih punya kesempatan untuk melakukan banyak hal bagi anak-anak Indonesia. Saya ingin masih sehat ketika mengajak cucu saya bermain. Untuk itu saya harus berubah. Mengubah pola hidup saya.. Saya harus menjaga tubuh saya sendiri. Memberikan yang terbaik baginya. Saya harus memperhatikan apa saja yang sudah saya makan dan minum dan memastikan bahwa semua yang masuk ke dalam tubuh saya sudah sesuai porsinya, tidak kurang, tidak lebih. Saya harus memberikan kesempatan tubuh saya untuk bergerak. Dan, saya harus memberikan kesempatan bagi tubuh saya untuk berproses.
Makanya saya tidak khawatir ketika timbangan saya tidak mengurangi angkanya. Karena diet saya bukan sekedar menurunkan angka timbangan. Saya sedang berproses menuju sehat. Saya sedang membentuk pola hidup saya yang lebih baik. Saya akan mengingat-ingat pesan dokter ayah saya yang ia sampaikan kemarin ketika kontrol. Tampaknya ada pepatah Cina yang bunyinya begini, "Tutup Mulut (kurangi/batasi makanan-minuman), Angkat Kaki (bergeraklah/olahraga)."
Jadi, mari perhatikan apa yang kita makan. Dan, mari bergerak. Semangaaat!!